Definisi
Organisasi dan Pengorganisasian
Secara konseptual ada dua batasan yang perlu dikemukakan,
yakni istilah “organization” sebagai kata benda dan “organizing”
(pengorganisasian) sebagai kata kerja, menunjukkan pada rangkaian aktivitas
yang harus dilakukan secara sistematis.
Istilah organisasi memiliki dua arti umum, pertama, mengacu
pada suatu lembaga (institution) atau kelompok fungsional, sebagai contoh kita
mengacu pada perusahaan, badan pemerintah, rumah sakit, atau suatu perkumpulan
olahraga. Arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian, sebagai salah satu
dari fungsi manajemen.
Menurut Drs. M. Manullang Organisasi dalam arti
dinamis disebut pengorganisasian, dan dalam arti statis
disebut organisasi.
Pengertian
Organisasi
Pengertian
Menurut Ahli
a.
Menurut
Stoner: Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana
orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
b.
Menurut
James D. Mooney: Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
c.
Menurut
Chester I. Bernard: Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih.
d.
Menurut
Prof. Dr. Sondang P. Siagian: Organisasi adalah suatu bentuk persekutuan
antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal
terikat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dan dalam
ikatan itu terdapat seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
e.
Menurut
Prof. Dr. Mr. S. Pradjudi Atmosudiro: Organisasi adalah struktur tata
pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang
pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk
bersamasama mencapai suatu tujuan tertentu.
Pengertian
Organisasi Secara Umum
Organisasi merupakan sekumpulan/sekelompok orang (dua atau
lebih) yang secara formal dipersatukan untuk bekerjasama dengan pembagian atau
alokasi tugas dan tanggung jawab tertentu dalam system koordinasi, kooperatif,
dorongan-dorongan, dan pengaturan guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan
yang telah ditetapkan.
Pengertian
Pengorganisasian
Pengertian
Menurut Ahli
a)
Menurut
G. R Terry: pengorganisasian berasal dari kata organism (organisme) yang
merupakan sebuah eititas dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa
sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka
terhadap keseluruhan.
b)
Menurut
Siagian (1983): Pengorganisasianadalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,
alat-alat, tugas, tugas,kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga
tercipta suatuorganisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan
yang telah ditetapkan.
c)
Drs.H.
Malayu S. P. Hasibuan: adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan
pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang - orang pada setiap aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang
diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap
individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut.
d)
T.
Hani handoko: sesuatu yang digambarkan sebagai sesuatu yang tersentralisasi dan
berisi tugas-tugas yang sangat terspesialisasikan.
e)
Kamus
lengkap bahasa indonesia: Pengorganisasian adalah merupakan kegiatan merancang
dan merumuskan struktur.
Pengertian
Pengorganisasi Secara Umum
Pengorganisasian adalah langkah untuk merancang struktur
formal, menetapkan, menggolongkan dan mengatur bebagai macam kegiatan,
menetapkan tugas-tugas pokok, wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan
kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan efisien.
Unsur-unsur
Pengorganisasian
Secara sederhana organisasi memiliki tiga unsur, yaitu ada
orang, ada kerjasama, dan ada tujuan bersama. Tiga unsur organisasi itu tidak
berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi saling kait atau saling berhubungan
sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh. Adapun unsur-unsur organisasi
secara terperinci adalah:
a)
Man (orang-orang), dalam kehidupan organisasi atau ketata lembagaan
sering disebut dengan istilah pegawai atau personnel. Pegawai atau personnel
terdiri dari semua anggota atau warga organisasi, yang menurut fungsi dan
tingkatannya terdiri dari unsur pimpinan (administrator) sebagai unsur pimpinan
tertinggi dalam organisasi, para manajer yang memimpin suatu unit satuan kerja
sesuai dengan fungsinya masing-masing dan para pekerja (non
management/workers). Semua itu secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi
(man power) organisasi.
b)
Kerjasama, merupakan suatu perbuatan bantu-membantu
akan suatu perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama. Oleh karena itu, semua anggota atau semua warga yang menurut
tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi administrator, manajer, dan pekerja
(workers), secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power)
organisasi.
c)
Tujuan, merupakan arah atau sasaran yang dicapai.
Tujuan menggambarkan tentang apa yang akan dicapai atau yang diharapkan. Tujuan
merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan. Tujuan juga
menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola
(network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan
peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.
d)
Peralatan (Equipment), merupakan Unsur yang keempat
yaitu peralatan atau equipment yang terdiri dari semua sarana, berupa materi,
mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah, gedung/bangunan/kantor).
e)
Lingkungan (Environment), Faktor lingkungan misalnya
keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi.
Proses atau Langkah-langkah
Pengorganisasian
Menurut Stoner (1996) langkah-langkah dalam proses
pengorganisasian terdiri dari lima langkah:
a.
Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan organisasi
b.
Membagi
beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara logis dan memadai dapat
dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok orang.
c.
Mengkombinasi
pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang logis dan efisien.
d.
Penetapan
mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota organisasi dalam satu kesatuan
yang harmonis
e.
Memantau
efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.
Menurut T.Hani Handoko (1999) proses pengorganisasian dapat
ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur sebagai berikut:
a.
Pemerincian seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan organisasi.
b.
Pembagian
beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logis dapat
dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja ini sebaiknya tidak terlalu berat
juga tidak terlalu ringan.
c.
Pengadaan
dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
Fungsi
Pengorganisasian
Fungsi
Pengorganisasian adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik
yang telah dirumuskan dalam perencanaan desain dalam sebuah struktur organisasi
yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan
dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara
efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian yaitu:
a.
Mengalokasikan sunber daya,merumuskan
dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan.
b.
Menetapkan struktur organisasi yang
menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggung jawab.
c.
Kegiatan perekrutan, penyeleksian,
pelatihan dan pengambangan sunber daya manusia/tenaga kerja.
d.
Kegiatan penempatan sumber daya manusia
pada posisi yang paling tepat.
Fungsi Tujuan
Organisasi
a.
Patokan
bagi kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi.
Melalui
penggambaran hasil-hasil di waktu yang akan datang. Fungsi tujuan memberikan
arah dan pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa yang harus dan tidak harus
dilakukan.
b. Sumber Legitimasi
Dengan
meningkatkan kemampuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan,berguna untuk
meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkansumber daya dan dukungan
dari lingkungan di sekitarnya.
c. Standar pelaksanaan
Jika
tujuan dinyatakan secara jelas dan dipahami, akan memberikan standar langsung
bagi penilaian pelaksanaan kegiatan organisasi. Setelah organisasi menetapkan
tujuan dalam bidang yang dapat dikuantifikasikan.
d. Sumber Motivasi
Untuk
mendorong anggota lainnya dalam melaksanakan tugas, misalnya dengan memberikan
intensif bagi anggota yang melaksanakan tugasnya dengan baik, menghasilkan
produk di atas standar dan lain sebagainya yang akhirnya dapat mendorong para
anggota lainnya.
e.
Dasar
Rasional Pengorganisasian
Tujuan organisasi merupakan suatu
dasar perancangan organisasi yang saling berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan
untuk mencapai tujuan.
Tujuan
Pengorganisasian
Tujuan pengorganisasian adalah agar dalam pembagian tugas
dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan pembagian tugas diharapkan setiap anggota
organisasi dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi)
dalam menangani tugas-tugas yang dibebankan. Apabila pengorganisasian itu dilakukan
secara serampangan, tidak sesuai dengan bidang keahlian seseorang, maka tidak
mustahil dapat menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan itu.
Tujuan organisasi harus dirumuskan dan
ditetapkan dengan jelas. Hal ini penting karena:
a.
Tanpa tujuan yang jelas maka organisasi
tidak akan mempunyai arah.
b.
Tanpa tujuan yang jelas, organisasi
tidak ada artinya dan hanya akan menimbulkan pemborosan belaka.
c.
Tujuan yang jelas akan mempermudah
dalam menentukan bentuk dan struktur organisasi.
d.
Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam
menentukan jumlah dan penempatan pegawai.
e.
Tujuan yang jelas akan memberikan
perangsang kerja pada para anggota organisasi.
f.
Tujuan yang jelas akan mempermudah
pelaksanaan koordinasi, karena mereka menyadari bahwa semua anggota organisasi
bekerja ketujuan yang sama, yaitu tujuan organisasi.
g.
Tujuan yang jelas merupakan awal dari
penetapan strategi. Siasat, metode, dan prosedur yang akan dipergunakan.
h.
Tujuan yang jelas merupakan dasar dari pada
organisasi untuk bergerak.
Manfaat Organisasi
Beberapa manfaat organisasi yaitu:
a. Organisasi
sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan
adanya organisasi yang baik.
b. Organisasi
dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika
organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan
memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi
mudah yang tangguh dan ksatria.
c. Organisasi
menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika
kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi
solusi.
d. Organisasi
sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn
munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan
pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir
sejarah ilmu pengetahuan.
Struktur Organisasi
Definisi Struktur Organisasi
Struktur
Organisasi adalah suatu susunan komponen-komponen (unit kerja) dan hubungan
antara tiap bagian secara posisi yang ada pada perusahaaan dalam menjalin
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi
menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan, pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan (integrasi) secara formal.
Elemen Struktur Organisasi
Ada
enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain struktur, antara lain:
a. Spesialisasi pekerjaan.
Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi
ke dalam beberapa pekerjaan tersendiri.
b. Departementalisasi. Dasar yang
dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama. Departementalisasi
dapat berupa proses, produk, geografi, dan pelanggan.
c. Rantai komando. Garis wewenang yang
tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi ke eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung
jawab kepada siapa.
d. Rentang kendali. Jumlah bawahan yang
dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif.
e. Sentralisasi dan Desentralisasi.
Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan keputusan
terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Desentralisasi adalah lawan
dari sentralisasi.
f. Formalisasi. Sejauh mana
pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan.
Prilaku Kelompok
a. Pengertian
Prilaku Kelompok
Perilaku
seorang pekerja dapat menentukan keberhasilan atau prestasi kerja, baik secara
individu maupun kelompok. Perilaku adalah semua yang dilakukan seseorang,
contohnya berbicara kepada seseorang, mendengarkan seseorang teman kerja,
mendokumen sebuah laporan. Sedangkan Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau
lebih yang berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan
dibentuk bersama berdasarkan pada interes atau tujuan yang sama.
Perilaku
Kelompok adalah semua kagiatan yang dilakukan dua atau individu yang
berinteraksi dan saling mempengaruhi dan saling bergantung untuk menghasilkan
prestasi yang positif baik untuk jangka panjang dan pertumbuhan diri.
Hal
yang diketahui bila satu kelompok terdapat dalam satu organisasi maka anggota
harus:
a.
Termotivasi untuk bergabung.
b.
Menganggap kelompok sebagai kesatuan
unit dari orang yang berinteraksi.
c. Mencapai
kesepakatan dan ketidaksepakatan melalui berbagai interaksi.
b. Dasar-Dasar
Perilaku Kelompok
Faktor-faktor
yang menyebabkan suatu kelompok lebih sukses dari pada kelompok lain adalah
karena kemampuan anggota kelompok, ukuran kelompok , tingkat konflik dan
tekanan internal pada anggota untuk menyesuaikan diri pada norma kelompok.
1. Kondisi
eksternal pada kelompok
2. Sumber
Daya Anggota
3. Sumber
Kelompok
4. Bentuk-Bentuk
Kelompok
5. Kelompok
Primer ( Primary group)
Kelompok
Primer ( Primary group) ; peendefinisikan bahwa suatu kelompok adalah “sejumlah
orang yang terdiri dari dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan
lainya melampaui rentang kendali waktu, sehingga setiap orang mampu
berkomunikasi secara langsung bertatap muka dengan lainnya dan tidak melalui
perantara”.
•
Contoh : Keluarga, Kelompok Kolega (pergroup)
Kelompok
Formal dan Informal
Kelompok
formal adalah suatu kelompok yang sengaja di bentuk untuk suatu tugas tertentu
sedangkan informal adalah suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi,
daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang.
Kelompok
terbuka dan tertutup
Kelompok
terbuka adalah suatu kelompok yang secara tetap mempunyai rasa tanggap akan
perubahan dan pembaruan, sedangkan kelompok tertutup adalah kelompok yang kecil
kemungkinannya menerima perubahan dan pembaharuan, mempunyai kecendrungan tetap
menjaga kestabilan.
c. Tahap-Tahap
pengembangan Kelompok
1. Tahap
Pembentukan ( Forming)
Ada
beberapa teori yang dapat dikemukakan berkaitan dengan pembentukan kelompok,
yaitu:
a. Teori
kedekatan
Bahwa
seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan
ruang dan daerahnya.
b. Teori
interaksi
Teori
yang berdasarkan pada aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi dan
sentiment-sentimen (perasaan atau emosi).
c. Tahap
Keributan (Stroming)
Ditandai
oleh adanya konflik didalam kelompok.para anggota menerima secara baik
eksistensi kelompok, tetapi
melawan kendala-kendala yang dikenakan oleh
kelompok terhadap individualitas.lebih lanjut ada konflik mengenai siapa yang
akan mengendalikan kelompok.tahap ini terakhir bila terdapat suatu hirarki yang
relative lebih jelas dari kepemimpinan kelompok.
2. Tahap
Penormaan ( Norming)
Ditandai
oleh berkembangnya hubungan yang karib,dan kelompok memperagakan kekohesifannya
(kesalingtertarikannya / cohesiveness).ada rasa yang kuat akan identitas
kelompok dan persahabatan.tahap ini selesai bilastruktur kelompok telah kokoh
dan kelompok telah menyerap perangkat pengharapan dari apa yang didefinisikan
oleh perilaku anggota yang benar.
d. Motivasi
Pembentukan Kelompok
1. Pembentukan
kelompok diawali dengan adanya persepsi atau perasaan yang sama untuk memenuhi
kebutuhan.
2. Pembentukan
kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik.
3. Pembentukan
kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing – masing anggota ( siapa
yang menjadi ketua atau anggota ).
4. Interaksi
yang terjadi suatu saat akan memunculkan konflik.
5. setelah
adanya interaksi biasanya dalam sebuah kelompok terdapat norma sosial. norma
terbentuk dari proses akumulatif interaksi kelompok.
6. Tugas-Tugas
Kelompok
7. Pembentukan
Kelompok
Definisi Kelompok
“Kumpulan
yang terdiri dari dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling
bergantungan, yang saling bergabung untuk mencapai tujuan tertentu”. Source:
Gibson
Tipe-tipe
Kelompok
1. Kelompok
formal
Suatu
kelompok kerja yang ditandai dengan struktur organisasi, aturan, fungsi dan lain-lain.
a. Kelompok
Komando
Kelompok
yang tersusun atas Atasan dan Bawahan dan ditentukan oleh bagan organisasi
b. Kelompok
Tugas
Kelompok yang ditetapkan secara
organisasional yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas.
2. Kelompok
informal
Suatu
kelompok yang tidak terstruktur secara formal atau tidak ditetapkan secara
organisasi, terdiri dari dua tipe yaitu :
a. Kelompok
Kepentingan
Kelompok
yang bekerja sama untuk mencapai suatu sasaran khusus yang menjadi kepedulian
bersama
b. Kelompok
Persahabatan
Kelompok
yang bersama-sama karena mempunyai kesamaan karakter
Ada
beberapa teori yang dapat dikemukankan berkaitan dengan pembentukan kelompok
yaitu :
1. Teori
Kedekatan
Artinya
: Bahwa seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan adanya kedekatan
ruang dan daerahnya ( Spatial ang Geographical Proximity )
2. Teori
Interaksi (George Homans )
Artinya
: Teorinya berdasarkan aktivitas-aktivitas interaksi-interaksi dan sentimen-sentiman ( perasaan atau emosi
).
3. Teori
Keseimbangan ( Theodre Newcomb ).
Artinya
: Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lain adalah
berdasarkan atas kesamaan sikap didalam menanggapi suatu tujuan.
4. Teori
Pertukaran
Artinya
: Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja
Perbedaan
Kelompok dapat dilihat dari :
1. Perubahan
anggota kelompok
Kelompok
terbuka dapat bebas menerima dan melepaskan anggota – anggotanya sedangkan
kelompok tertutup memelihara kestabilan anggota kelompok sedikit sekali
kemungkinan adanya penambahan dan pelepasan anggota setiap saat.
2. Kerangka
Referensi
Perluasan
kerangka referensi dalam kelompok terbuka yang dibawa oleh anggota baru dapat
menambah kreatifitas
3.
Perspektif waktu
kelompok
terbuka dalam perspektif waktu ini lebih berfikir untuk masa sekarang dan masa
depan yang dekat
4. Keseimbangan
Beberapa
Alasan mengapa seorang Individu lain bisa terjalin hubungan kelompok yaitu :
1.
Suatu kelompok adalah sejumlah orang
yang mengadakan intekrasi satu sama yang lain.
2.
Secara psikologis sadar akan adanya
orang lain selain dia sendiri dan menganggap mereka suatu kelompok.
Alasan
–alasan diatas dapat dikelompokkan menjadi:
a. Kesempatan
untuk berintegrasi
b. Status
c. Kesamaan
latar belakang
d. Kesamaan
sikap
e. Pemuasan
Kebutuhan dan tujuan kelomp
Komunikasi Dalam Organisasi
Defenisi
Fungsional Komunikasi
Organisasi
Komunikasi Organisasi dapat di defenisikan
sebagai Pertunjukan dan Penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu
organisasi tertentu.
Proses
Komunikasi
Organisasi Komunikasi
Internal
Misalnya : Pertukaran gagasan
diantara para administrator dan karyawan dalam perusahaan.
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi dari pimpinan ke staf dan dari
staf ke pimpinan dengan cara timbal balik ( komunikasi atas bawah )
Contoh
: Pimpinan memberi instruksi, petunjuk , informasi, perintah kepada bawahan atau Staf memberikan laporan,
saran-saran, pengaduan dan saran kepada atasan.
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi mendatar antara anggota staf
dengan anggota staf lainnya, yang berlangsung tidak formal, komunikasi terjadi
tidak dalam suasana kerja.
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi
antara pimpinan seksi / bagian dengan pegawai seksi / bagian lain.
4. Komunikasi Eksternal
Komunikasi
antara pimpinan organisasi (perusahaan) dengan khalayak ramai diluar
organisasi.
Contohnya
: artikel surat kabar, mejalah, pidato, brosur dll.
Hambatan
Komunikasi
a. Hambatan
teknis keterbatasan dan peralatan komunikasi seperti
b. Tidak
adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas
c. Kurangnya
informasi atau penjelasan
d. Kurangnya
ketrampilan membeca
e. Pemilihan
media yang kurang tepat
Konsep
Komunikasi
Pengertian
Komunikasi menurut Everett M. Rogerrt adalaah : Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka.
Komunikasi
antar pribadi dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1.
Komunikasi kelompok yaitu :
Komunikasi
dalam kelompok yang mempunyai tujuan bersama yang berintegrasi satu sama yang
lain untuk mencapai tujuan bersama.
Misalnya
: Diskusi Arisan RT dll
2. Komunikasi
Publik yaitu :
Komunikasi
antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang yang tidak bisa dikenali
satu sama yang lain.
3.
Komunikasi Massa yaitu :
Komunikasi
yang menggunakan media masa baik cetak maupun elektronik, komunikasi ini
ditujukan untuk sejumlah besar orang yang terbesar ke berbagai tempat,
disampaikan secara serempak.
4. Komunikasi
Organisasi yaitu :
Komunikasi
yang terjadi dalam organisasi, bersifat formal dan informal.
Dalam
Komunikasi Organisasi perlu diperhatikan adanya 3 unsur yang saling berkait
yaitu ;
1. Iklim
Organisasi
Iklim
Orgnisasi adalah : Kualitas yang relative abadi dari lingkungan internal
organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya.
2. Iklim
Komunikasi
Iklim
Komunikasi adalah : Sebagai kualitas pengalaman yang bersifat obyektif mengenal
lingkungan internal organisasi yang mencangkup persepsi anggota organisasi
terhadap pesan dan bubungan pesan dengan kejadian yang terjadi didalam
organisasi.
3. Aliran
Komunikasi
Aliran
Komunikasi adalah : Aliran informasi yang akan membentuk suatu jaringan komunikasi yang memungkinkan pesan
disebar luaskan.
Ada 2 (dua) pola dalam aliran informasi
yaitu :
1. Pola
Roda
Pola
Roda adalah : Pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang
menduduki posisi sentral
2. Pola
Lingkaran
Pola
Lingkaran adalah : Pola yang memungkinkan semua anggota berkomoniksi satu
dengan yang lainnya hanya melalui sejenis pengulangan pesan.
Budaya Organisasi
Organisasi sebagai suatu kumpulan
individu yang mempunyai tujuan bersama yang hendak dicapai mempunyai aturan –
aturan yang berlaku. Jadi Budaya Organisasi adalah : Sebagai Kerangka kerja
kognitif yang terdiri dari sikap, nilai-nilai, norma perilaku dan harapan yang
diterima bersama oleh anggota – anggota organisasi.
Beberapa
Karateristik Budaya Organisasi yaitu :
1. Innovation
Suatu
tingkatan dimana orang diharpkan kreatif dan membangkitkan gagasan baru
2. Stability
Bersifat
menghargai lingkungan yang stabil, dapat diperkirakan dan berorentasi pada
peraturan
3. Orientation
Toward People
Orientasi
untuk menjadi jujur, mendukung dan menunjukkan penghargaan pada hak individual
4. Result
- orientation
Meletakkan
kekuatannya pada kepeduliannya untuk mencapai hasil yang diharapkan
Fungsi Budaya Organisasi yaitu :
a. Budaya
mempunyai suatu peran pembeda, hal ini berarti bahwa budaya kerja menciptakan
pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain.
b. Budaya
organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota – anggota organisasi
c. Budaya
oraganisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih
luas dari pada kepentingan individual
d. Budaya
organisasi itu meningkatkan kemantapan system social.
Motivasi
Dalam Organisasi
Motivasi dapat diartikan sebagai
kekuata (energi) sesorang yang dapat menimbulkan tingkat persitensi dan
entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam
individu itu sendiri maupun dari luar individu.
Motivasi individu dapat dilihat
dari beberapa indicator yaitu :
1. Durasi
kegiatan
2. Frekuensi
kegiatan
3. Persitensi
pada kegiatan
4. Ketabahan,
keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan
5. Devosi
Teori
– teori Motivasi :
1. Teori
kebutuhan
a. Kebutuhan
fisioligikal seperti : Rasa lapar, haus, istirahat
b. Kebutuhan
rasa aman
c. Kebutuhan
akan kasih sayang
d. Kebutuhan
akan harga diri
e. Aktualisasi
diri
2. Teori
Mcclellannd ( Teori Kebutuhan Berprestasi )
Teori
ini menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan
seseorang akan prestasi, Teori kebutuhan bersifat teoritis sesuai dengan kekeatan kebutuhan
seseorang yang berprestasi tinggi memiliki 3 (tiga) ciri umum yaitu :
a. Sebuah
preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas
b. Menyukai
situasi-situasi dimana kenerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri,
bukan karena faktor-faktor lain.
c. Menginginkan
umpan balik tentang tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan
dengan mereka yang berprestasi rendah.
3. Teori
Clyton Aldelfer (Teori “ERG’)
Teori
ini dkkenal dengan “ERG” yang merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah,
jika makna tiga istilah tersebut dialami akan tanpak dua hal penting , pertama
secara konseptual terdapat persamaan antara teori dan model.
4. Teori
Herzberg (Teori Dua Faktor)
Menurut
Teori ini yang dimaksud faktor Motivasional adalah : Hal –hal yang mendorong berprestasi
yang sifatnya intrinsic, yang berarti bersumber dalam diri seseorang. Yang
tergolong faktor motivasional antar lain :
a. Pekerjaan
seseorang
b. Keberhasilan
yang diraih
c. Kesempatan
bertumbumbuh
d. Kemajuan
dalam berkarir dan pengakuan orang lain.
5. Teori
Keadilan
Teori
ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan
yang diterima. Artinya : apabila sesorang pegawai mempunyai persepsi bahwa
imbalan yang diterimanya tidak memadai.
6. Teori
Penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin
Locke Mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki 4 (empat) macam
mekanisme motivasional yakni :
a. Tujuan-tujuan
mengarahkan perhatian
b. Tujuan-tujuan
mengatur persistensi
c. Tujuan-tujuan
mengatur upaya
d. Tujuan-tujuan
menunjang strategi dan rencana kegiatan
7. Teori
Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Menurut
teori ini Motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh
seseorang dan diperkirakan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah
kepada hasil yang diinginkan. Artinya apabila seseorang sangat menginginkan
sesuatu, dan jalan tanpaknya terbuka untuk memperolehnya dan yang bersangkutan
akan berupaya mendapatkannya.
8. Teori
Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Teori
ini merupakan model motvasi yang telah dibahas dimika dapat digolongkan sebagai
model kognitif motivasi, karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan
persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Dalam hal
ini berlakulah hukum “pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cendrung untuk
mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwansi yang menguntungkan dirinya.
Contohnya seorang pegawai yang datang terlambat berulang kali mendapat teguran
dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner.
9. Teori
Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Menurut
teori ini seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang
bersifat internal maupun eksternal.
Yang
termasuk faktor internal adalah :
a.
Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
b.
Harga diri
c.
Harapan pribadi
d.
Kebutuhan
e.
Keinginan
f.
Kepuasan kerja
g.
Prestasi kerja yang dihasilkan
Sedangkan
Faktor Eksternal yaitu :
a.
Jenis dan sifat pekerjaan
b.
Kelompok Kerja dimana seseorang
bergabung
c.
Organisasi tempat kerja
d.
Situasi lingkungan pada umumnya
e.
Sistem imbalan yang berlaku dan cara
penerapannya
Dinamika Kelompok
Pengertian
dinamika kelompok
Dinamika
kelompok merupakan suatu kelompok yang
terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara
jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi
yang dialami secara bersama. Dinamika
kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses
kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan,
antara lain:
a. Membangkitkan
kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga
dapat menimbulkan rasa saling menghargai
b. Menimbulkan
rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling
menghargai pendapat orang lain
c. Menciptakan
komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
d. Menimbulkan
adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.
Fungsi
Dinamika Kelompok
1. Individu
satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak
dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
2. Dinamika
kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu
antara anggota satu dengan anggota yang lain)
3. Melalui
dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat
teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam
dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian
kelompoknya masing-masing)
4. Meningkatkan
masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan
masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam
masyarakat.
Efektivitas Kelompok
Disini
terbagi dua faktor yang secara umum mempengaruhi efektivitas kelompok, yaitu
faktor situasional dan faktor personal. Untuk itu, saya akan menguraikan kedua
faktor tersebut dibawah ini:
a.
Faktor Situasional
Karakteristik
Kelompok
1. Ukuran
kelompok yang efektif adalah terdiri dari 5 orang (Hare, 1952).
2. Jaringan
komunikasi.
3. Kohesi
kelompok, yaitu kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal
dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins & Raven,
1964). Menurut Mc David & Harori (1964), kohesi kelompok diukur dari :
a. Ketertarikan
satu sama lain secara interpersonal.
b. Ketertarikan
anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok.
c. Sejauh
mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas kebutuhan anggotanya.
4. Kepemimpinan,
yaitu komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok
untuk bergerak ke arah tujuan kelompok (Cragan & Wright,1980).
b.
Faktor Personal
Karakteristik
Anggota Kelompok Menurut (Cragan & Wright, 1980) terdapat dua dimensi
interpersonal, yaitu :
1. Proses
interpersonal yang mencakup keterbukaan, percaya, simpati.
2. Kebutuhan
interpersonal → William C Schultz (FIRO) : inklusi, kontrol,afeksi.
Kepemimpinan Dalam Organisasi
Pemimpin
serta kepemimpinan merupakan suatu
kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional.
Banyak
muncul definisi mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :
1. Figur
sentral yang mempersatukan kelompok
2. Keunggulan
seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol
gejala-gejala sosial
3. Brown
(1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan
tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan.
Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari
posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk
penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok,
ideologinkelompok, dan aktivitas kelompok.
4. Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan menghandel orang lain
untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja
sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat /moral yang kreatif
dan terarah.
5. Individu
yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai
tujuan dengan cara yang pasti.
Tipe
Kepemimpinan
1. Tipe
Otokratik
Semua
ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa
pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
2. Tipe
Paternalistik
Tipe
pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional, umumnya di masyarakat agraris.
3. Tipe
Kharismatik
Karakteristik
yang khas dari tipe ini yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu
memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar.
4. Tipe
Laissez Faire
Pemimpin
ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah
dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa
yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota
dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
5. Tipe
Demokratik
Pemimpin
yang demokratik biasanya memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan
menjunjung harkat dan martabat manusia Seorang pemimpin demokratik disegani
bukannya ditakuti.
Pengertian Disiplin Kerja
Pengertian
disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang
sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahas alatin “Disciplina”
yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta
pengembangan tabiat. jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap
yang layak terhadap pekerjaan.
Di
dalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
disiplin adalah : “Sikap mental yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku
perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap
peraturan-peraturan yang ditetapkan Pemerintah atau etik, norma serta kaidah
yang berlaku dalam masyarakat”.
Sedangkan
menurut Sutopo Yuwono di dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Produksi,
diungkapkan bahwa : “Disiplin adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok
orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi keputusan yang
telah ditetapkan. Selanjutnya Alfred R. Lateiner dan I.S. Levine telah
memberikan definisi antara lain, disiplin merupakan suatu kekuatan yang selalu
berkembang di tubuh para pekerja yang membuat mereka dapat mematuhi keputusan
dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
Di
samping beberapa pengertian mengenai disiplin pegawai tersebut di atas, A.S.
Moenir mengemukakan bahwa : “Disiplin adalah ketaatan yang sikapnya impersonal,
tidak memakai perasan dan tidak memakai perhitungan pamrih atau kepentingan
pribadi.
Kaitannya
dengan kedisiplinan, Astrid S. Susanto
juga mengemukakan sesuai dengan keadaan di dalam setiap organisasi, maka
disiplin dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu:
a. Disiplin
yang bersifat positif.
b. Disiplin
yang bersifat negatif.
Merupakan
tugas seorang pemimpin untuk mengusahakan terwujudnya suatu disiplin yang
mempunyai sifat positif, dengan demikian dapat menghindarkan adanya disiplin
yang bersifat negatif. Disiplin positif merupakan suatu hasil pendidikan,
kebiasaan atau tradisi dimana seseorang dapat menyesuaikan dirinya dengan
keadaan, adapun disiplin negatif sebagai unsur di dalam sikap patuh yang
disebabkan oleh adanya perasaan takut akan hukuman.
Adapun ukuran tingkat disiplin pegawai menurut
I.S. Levine , adalah sebagai berikut :
“Apabila
pegawai datang dengan teratur dan tepat waktu, apabila mereka berpakaian serba
baik dan tepat pada pekerjaannya, apabila mereka mempergunakan bahan-bahan dan
perlengkapan dengan hati-hati, apabila menghasilkan jumlah dan cara kerja yang
ditentukan oleh kantor atau perusahaan, dan selesai pada waktunya.”
Berdasarkan
pada pengertian tersebut di atas, maka tolak ukur pengertian kedisiplinan kerja
pegawai adalah sebagai berikut :
1. Kepatuhan
terhadap jam-jam kerja.
2. Kepatuhan
terhadap instruksi dari atasan, serta pada peraturan dan tata tertib yang
berlaku.
3. Berpakaian
yang baik pada tempat kerja dan menggunakan tanda pengenal instansi.
4. Menggunakan
dan memelihara bahan-bahan dan alat-alat perlengkapan kantor dengan penuh
hati-hati.
5. Bekerja
dengan mengikuti cara-cara bekerja yang telah ditentukan.
Kepuasan Kerja
Menurut
Baron & Byrne (1994) ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja. Faktor pertama yaitu faktor organisasi yang berisi kebijaksanaan
perusahaan dan iklim kerja. Faktor kedua yaitu faktor individual atau
karakteristik karyawan. Pada faktor individual ada dua predictor penting
terhadap kepuasan kerja yaitu status dan senioritas. Status kerja yang rendah
dan pekerjaan yang rutin akan banyak kemungkinan mendorong karyawan untuk mencari
pekerjaan lain, hal itu berarti dua faktor tersebut dapat menyebabkan
ketidakpuasan kerja dan karyawan yang memiliki ketertarikan dan tantangan kerja
akan lebih merasa puas dengan hasil kerjanya apabila mereka dapat menyelesaikan
dengan maksimal. (p.45). Pendekatan Wexley dan Yukl (1977) berpendapat bahwa
pekerjaan yang terbaik bagi penelitian-penelitian tentang kepuasan kerja adalah
dengan memperhatikan baik faktor pekerjaan maupun faktor individunya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu gaji, kondisi kerja, mutu
pengawasan, teman sekerja, jenis pekerjaan, keamanan kerja dan kesempatan untuk
maju serta faktor individu yang berpengaruh adalah kebutuhan-kebutuhan yang
dimilikinya, nilai-nilai yang dianut dan sifat-sifat kepribadian. (p.35).
Pendapat yang lain dikemukan oleh Ghiselli dan Brown, mengemukakan adanya lima
faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu:
a. Kedudukan
(posisi)
Umumnya
manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih
tinggi akan merasa lebih puas daripada karyawan yang bekerja pada pekerjaan
yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut
tidak selalu benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang
mempengaruhi kepuasan kerja.
b. Pangkat
(golongan)
Pada
pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan), sehingga pekerjaan
tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila
ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan
pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku
dan perasaannya.
c. Umur
Dinyatakan
bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur di antara
25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur
yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
d. Jaminan
finansial dan jaminan social
Masalah
finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
e. Mutu
pengawasan
Hubungan
antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan
produktifitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan
hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa
bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging).
As’ad (2004, p. 112).
Sedangkan
Faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja menurut Blum (1956) sebagai
berikut :
a. Faktor
individual, meliputi umur, kesehatan, watak dan harapan.
b. Faktor
sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan
berkreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan
kemasyarakatan.
c. Faktor
utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi
kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga penghargaan terhadap
kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan
konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang menyangkut pribadi
maupun tugas. As’ad (2004, p.114).
Berbeda
dengan pendapat Blum ada pendapat lain dari Gilmer (1966) tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut:
1. Kesempatan
untuk maju
Dalam
hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan
kemampuan selama kerja.
2. Keamanan
kerja
Faktor
ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria
maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama
kerja.
3.
Gaji
Gaji
lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan
kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
4. Perusahaan
dan manajemen
Perusahaan
dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja
yang stabil. Faktor ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan.
5. Pengawasan
(Supervise)
Bagi
karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya.
Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over.
6. Faktor
intrinsik dari pekerjaan
Atribut
yang ada pada pekerjaan mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya
serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
7. Komunikasi
Komunikasi
yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemenbanyak dipakai alasan untuk
menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau
mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat
berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
8. Fasilitas
Fasilitas
rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan
dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas. As’ad (2004,p. 115)
Penelitian yang dilakukan oleh Caugemi dan Claypool (1978) menemukan bahwa
hal-hal yang menyebabkan rasa puas adalah:
1. Prestasi
2. Penghargaan
3. Kenaikan
jabatan
4. Pujian.
Sedangkan
faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan adalah:
1. Kebijaksanaan
perusahaan
2. Supervisor
3. Kondisi
kerja
4. Gaji
Burt
mengemukakan pendapatnya tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan
kerja. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor
hubungan antar karyawan, antara lain:
a. Hubungan
antara manajer dengan karyawan
b. Faktor
fisik dan kondisi kerja
c. Hubungan
sosial di antara teman sekerja
d. Emosi
dan situasi kerja
2. Faktor
individual, yaitu yang berhubungan dengan:
a. Sikap
orang terhadap pekerjaannya
b. Umur
orang sewaktu bekerja
c. Jenis
kelamin
3.
Faktor-faktor luar (extern)
yaitu berhubungan dengan faktor-faktor
yang mendorong karyawan yang berasal dari luar selain dirinya sendiri, yaitu:
a. Keadaan
keluarga karyawan
b. Rekreasi
c. Pendidikan
(training, up grading dan sebagainya). As’ad (2004,p.112).
Berdasarkan
indikator yang menimbulkan kepuasan kerja tersebut di atas akan dapat dipahami
sikap individu terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena setiap individu akan
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Ini disebabkan adanya perbedaan persepsi pada
masing-masing individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang
dirasakannya. Oleh karenanya sumber kepuasan seorang karyawan secara subyektif
menentukan bagaimana pekerjaan yang dilakukan memuaskan. Meskipun untuk batasan
kepuasan kerja ini belum ada keseragaman tetapi yang jelas dapat dikatakan
bahwa tidak ada prinsip-prinsip ketetapan kepuasan kerja yang mengikat dari
padanya.
Konflik Dan Stres Kerja
Konflik
organisasi ( organizational conflict ) adalah ketidak sesuaian antara dua atau
lebih anggota – anggota atau kelompok – kelompok organisasi yang timbul karena
adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya – sumber daya yang
terbatas atau kegiatan – kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka
mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.
Penyebab
– penyebab konflik antara lain :
1.
Komunikasi
Salah
pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti, atau
informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak
konsisten.
2.
Struktur
Pertarungan
kekuasaaan antar departemen dengan kepentingan–kepentingan atau sistem
penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber daya–sumber
daya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok–
kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
3.
Pribadi
Ketidaksesuaian
tujuan atau nilai–nilai sosial pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan
pada jabatan mereka, dan perbedaan dalam nilai – nilai persepsi.
Dalam
kehidupan organisasi, pendapat tentang konflik dapat dilihat dari 3 (tiga)
sudut pandang, yaitu :
1. Pandangan
tradisional, berpendapat bahwa konflik merupakan sesuatu yang di inginkan dan
berbahaya bagi kehidupan organisasi.
2. Pandangan
perilaku, berpendapat konflik merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang
biasa terjadi dalam kehidupan organisasi, yang biasa bermanfaat ( konflik
fungsional ) dan bisa pula merugikan organisasi (konflik disfungsional).
3. Pandangan
Interaksi, berpendapat bahwa konflik merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat
terhindarkan dan sangat diperlukan bagi pemimpin organisasi.
Berdasarkan
ketiga pandangan tentang konflik tersebut, pihak pemimpin organisasi perlu
menganalisis dengan nyata konflik yang terjadi di organisasi, apakah konflik
itu fungsional atau disfungsional dan bagaimana manajemen konflik agar
berpengaruh positif bagi kemajuan organisasi.
Jenis
– Jenis Konflik
Ada
lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
1.
Konflik dalam diri individu
Terjadi
bila seorang individu menghadapi ketidak pastian tentang pekerjaan yang dia
harapkan untuk melaksanakannya. Bila berbagai permintaan pekerjaan saling
bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari
kemampuannya.
2.
Konflik antar individu dalam organisasi
yang sama
Hal
ini sering diakibatkan oleh
perbedaan–perbedaan kepribadian. Konflik ini berasal dari adanya konflik antar
peranan ( seperti antara manajer dan bawahan )
3.
Konflik antar individu dan kelompok
Berhubungan
dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh
kelompok kerja mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau
diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma – norma kelompok.
4.
Konflik antar kelompok dalam organisasi
yang sama
Terjadi
pertentangan kepentingan antar kelompok.
5.
Konflik antar organisasi
Timbul
sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu
negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru,
teknologi, dan jasa, harga–harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih
efisien.
Penyebab
Terjadinya Konflik dan Stres Kerja
Penyebab
terjadinya konflik dalam organisasi, antara lain :
a. Koordinasi
kerja yang tidak dilakukan.
b. Ketergantungan
dalam pelaksanaan tugas
c. Tugas
yang tidak jelas ( tidak ada deskripsi jabatan )
d. Perbedaan
dalam otorisasi pekerjaan.
e. Perbedaan
dalam memahami tujuan organisasi.
Cara Mengatasi Konflik Kerja
a. Manajer
menemukan cara penggunaan dana yang lebih baik.
b. Lebih
mempersatukan para anggota organisasi.
c. Manajer
mungkin menemukan cara perbaikan prestasi organisasi.
d. Mendatangkan
kehidupan baru di dalam hal tujuan serta nilai organisasi.
e. Penggantian
manajer yang lebih cakap, bersemangat dan bergagasan baru.
No comments:
Post a Comment