HILANGNYA
KESOPANAN DI KALANGAN REMAJA
1. Permasalahan
·
Pengertian Peradaban
Adab
berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Manusia beradab
dengan demikian adalah manusia yang mempunyai akhlak mulia, yang memiliki
kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Sedangkan manusia yang tidak mempunyai
akhlak mulia, yang tidak memiliki kesopanan dan tidak halus budi pekertinya,
maka kita akan menyebut manusia tersebut biadab.
·
Masalah
Seiring
dengan perkembangan zaman, tingkah laku para remaja kian berubah dari waktu ke
waktu. Rasa hormat terhadap orang yang lebih tua secara terang-terangan sering
kali tak ditunjukkan. Datangnya kebudayaan dari barat sangat mempengaruhi
nilai-nilai tradisional bangsa Indonesia, sehingga semakin lama nilai
tradisional Negara kita sendiri semakin pudar. Para remaja Indonesia kian
mengikuti dan mencontoh kebudayaan luar negeri dan melupakan nilai-nilai
tradisional Negara sendiri, seperti contohnya kesopanan.
Sopan
santun, atau juga dikenal sebagai tata krama, merupakan salah satu ciri khas
dari masyarakat Indonesia. Sejak dahulu, bangsa Indonesia dikenal dengan
keramahannya, kesopanannya, serta adat istiadat yg dijunjung tinggi. Namun,
apabila kita berkaca pada kehidupan bangsa saat ini, sungguh ironis sekali
dimana banyak sekali pergeseran yang dilakukan oleh anak- anak, remaja mengenai
budaya sopan santun ini. Di majalah, televisi, internet, tak jarang orang
berani melakukan perilaku yang sebenarnya dianggap tidak sopan, namun sudah
dianggap biasa.
Secara
tidak langsung dengan kurangnya kita bersopan santun dan bertatakrama, jati
diri kita sebagai bangsa indonesia sudah mulai luntur. Inilah masalah besar
yang timbul dari hal sepele, perkara yang seharusnya kita perhatikan sejak kita
masih kecil, hal yang seharusnya diajarkan oleh para orang tua. Memang, masih
banyak orang dari bangsa ini yang masih menjunjung kesopanan dan tatakrama,
tetapi lebih banyak lagi orang-orang yang telah melupakan tentang tatakrama dan
sopan santun tersebut. Inilah persoalan yang mendasar yang menjadi permasalahan
bangsa indonesia saat ini. “Krisis jati diri” mungkin itu kata yang tepat untuk
menyebutkan situasi bangsa Indonesia saat ini. Sebenarnya kata itu sangat
menyakitkan hati bagi oarang-orang yang mau berfikir. Bangsa ini merupakan
bangsa yang berbudaya, namun bangsa ini kini telah kehilangan jati dirinya.
Bangsa yang dulu hebat karena budayanya, kini telah rapuh dengan sendirinya.
Persoalan inilah yang menimbulkan masalah yang lebih besar dan mengerikan.
Faktor
eksternal terealisasi dalam kondisi sekarang yang secara realita kebudayaan
terus berubah karena masuknya budaya barat yang akan sulit mempertahankan
kesopanan disemua keadaan ataupun disemua tempat. Perubahan tersebut mengalami
dekadensi karena berbedanya kebudayaan barat dengan kebudayaan kita. Misalnya
saja sopan santun dalam tutur kata. Di barat, anak-anak yang sudah dewasa
biasanya memanggil orang tuanya dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia
sendiri panggilan tersebut sangat tidak sopan karena orang tua umurnya lebih
tua dari kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun ibu. Kemudian sopan
santun dalam berpakaian, diluar negeri orang yang berpakaian bikini dipantai
bagi mereka wajar. Tapi bagi kita berpakaian seperti itu sangat tidak sopan
karena dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan. Selanjutnya Sopan santun
dalam bergaul, dibarat jika kita bertemu teman yang berlawanan jenis kita boleh
mencium bibirnya, tetapi di Indonesia hal tersebut sangat bertentangan dengan
kesusilaan. Oleh karena kebudayaan yang masuk tidak tersaring sepenuhnya
menyebabkan lunturnya sopan santun.
Sedangkan
faktor internalnya ada pada diri sendiri, keluarga, lingkungan tempat
nongkrong, lingkungan sekolah, ataupun media massa. Pengetahuan tentang sopan
santun yang didapat disekolah mungkin sudah cukup tapi dilingkungan keluarga
ataupun tempat tongkrongan dan media massa kurang mendukung tindakan sopan
disemua tempat ataupun sebaliknya, sehingga membuat tindakan sopan yang
dilakukan oleh anak-anak atau pun remaja hanya dalam kondisi tertentu. Misalnya
penyebutan nama bagi yang umurnya lebih tua masih dianggap tidak sopan sehingga
mereka memanggil mas, bang, aa, ataupun yang lain. Sedangkan dalam berpakaian
ataupun yang lain kurang diperhatikan. Kita sendiri tak memungkiri keadaan
tersebut, kondisi lingkungan yang kurang peduli terhadap kesopanan, sehingga
akhirnya pada saat-saat tertentu saja kita sopan. Seperti disekolah, ditempat
kuliah, ataupun di tempat-tempat formal yang lainnya. Keadaan ini seharusnya
jangan sampai terjadi karena lama kelamaan akan menimbulkan hilangnya
kebudayaan kita dan mungkin akhirnya kita tidak mempunyai kebudayaan sendiri.
2. Solusi
·
Kami akan memulai pada
diri kita terlebih dahulu untuk membudayakan kesopanan tersebut
·
Keluarga, khususnya
orang tua harus lebih membimbing anak-anaknya untuk dapat menjalankan budaya
kesopanan tersebut. Oleh sebab itu kami akan melakukan pendekatan terhadap
orang tua.
·
Lembaga pendidikan
tidak hanya melakukan pendidikan akademik saja tetapi melakukan pendidikan
non-akademik seperti pada muatan lokal bahasa jawa tidak hanya belajar bahasa
jawa tetapi kebudayaan jawa yang mengarah pada kesopanan.
·
Mempublikasikan kepada
semua orang bahwa pentingnya kesopanan tersebut.
di desa kami setelah didirikan pondok, justru malah menambah keresahan masyarakat sekitar pondok, mereka remaja2 khususnya para santri justru tidak memberikan rasa aman, nyaman, tentram terhadap masyarakat tapi malah sebaliknya mereka suka membuat kegaduhan di waktu malam hari dimana masyarakat sudah pada tidur, dan hal ini dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan cerita mereka sendiri, bahkan pada suatu malam kepala desa-nya pun yang berjarak sangat dekat mendatanginya lalu menegurnya untuk tidak mengganggu istirahat malam mereka karena memang mereka hampir tiap malam membuat kegaduhan. yang jadi pertanyaan adalah siapa yang salah, apakah mereka tidak dijejali pendidikan moral, ahlaq, budi pekerti selama ini,, atau karna memang anaknya yang sudah tidak memperhatikan pendidikan ahlaq di tempatnya, trimakasih.
ReplyDeletedi desa kami setelah didirikan pondok, justru malah menambah keresahan masyarakat sekitar pondok, mereka remaja2 khususnya para santri justru tidak memberikan rasa aman, nyaman, tentram terhadap masyarakat tapi malah sebaliknya mereka suka membuat kegaduhan di waktu malam hari dimana masyarakat sudah pada tidur, dan hal ini dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan cerita mereka sendiri, bahkan pada suatu malam kepala desa-nya pun yang berjarak sangat dekat mendatanginya lalu menegurnya untuk tidak mengganggu istirahat malam mereka karena memang mereka hampir tiap malam membuat kegaduhan. yang jadi pertanyaan adalah siapa yang salah, apakah mereka tidak dijejali pendidikan moral, ahlaq, budi pekerti selama ini,, atau karna memang anaknya yang sudah tidak memperhatikan pendidikan ahlaq di tempatnya, trimakasih.
ReplyDeleteMohon maaf ni sebelumnyaa kak,,, jadi saya ingin menyarankan,, bahwasanyaa kalau itu harus di didik dengan cara keras,, karena di zaman sekarang ini otak para remaja mulai tidak mau dimasukin dengan yang positife,,jadi kita harus keras dan tegas,, dan insya allahh terpaksa karena terbiasa.🙏🙏🙏 maaf garing😂😂
Delete