Monday, 21 April 2014

HILANGNYA KESOPANAN DI KALANGAN REMAJA



HILANGNYA KESOPANAN DI KALANGAN REMAJA

1.      Permasalahan
·         Pengertian Peradaban
Adab berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Manusia beradab dengan demikian adalah manusia yang mempunyai akhlak mulia, yang memiliki kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Sedangkan manusia yang tidak mempunyai akhlak mulia, yang tidak memiliki kesopanan dan tidak halus budi pekertinya, maka kita akan menyebut manusia tersebut biadab.
·         Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, tingkah laku para remaja kian berubah dari waktu ke waktu. Rasa hormat terhadap orang yang lebih tua secara terang-terangan sering kali tak ditunjukkan. Datangnya kebudayaan dari barat sangat mempengaruhi nilai-nilai tradisional bangsa Indonesia, sehingga semakin lama nilai tradisional Negara kita sendiri semakin pudar. Para remaja Indonesia kian mengikuti dan mencontoh kebudayaan luar negeri dan melupakan nilai-nilai tradisional Negara sendiri, seperti contohnya kesopanan.
Sopan santun, atau juga dikenal sebagai tata krama, merupakan salah satu ciri khas dari masyarakat Indonesia. Sejak dahulu, bangsa Indonesia dikenal dengan keramahannya, kesopanannya, serta adat istiadat yg dijunjung tinggi. Namun, apabila kita berkaca pada kehidupan bangsa saat ini, sungguh ironis sekali dimana banyak sekali pergeseran yang dilakukan oleh anak- anak, remaja mengenai budaya sopan santun ini. Di majalah, televisi, internet, tak jarang orang berani melakukan perilaku yang sebenarnya dianggap tidak sopan, namun sudah dianggap biasa.
Secara tidak langsung dengan kurangnya kita bersopan santun dan bertatakrama, jati diri kita sebagai bangsa indonesia sudah mulai luntur. Inilah masalah besar yang timbul dari hal sepele, perkara yang seharusnya kita perhatikan sejak kita masih kecil, hal yang seharusnya diajarkan oleh para orang tua. Memang, masih banyak orang dari bangsa ini yang masih menjunjung kesopanan dan tatakrama, tetapi lebih banyak lagi orang-orang yang telah melupakan tentang tatakrama dan sopan santun tersebut. Inilah persoalan yang mendasar yang menjadi permasalahan bangsa indonesia saat ini. “Krisis jati diri” mungkin itu kata yang tepat untuk menyebutkan situasi bangsa Indonesia saat ini. Sebenarnya kata itu sangat menyakitkan hati bagi oarang-orang yang mau berfikir. Bangsa ini merupakan bangsa yang berbudaya, namun bangsa ini kini telah kehilangan jati dirinya. Bangsa yang dulu hebat karena budayanya, kini telah rapuh dengan sendirinya. Persoalan inilah yang menimbulkan masalah yang lebih besar dan mengerikan.
Faktor eksternal terealisasi dalam kondisi sekarang yang secara realita kebudayaan terus berubah karena masuknya budaya barat yang akan sulit mempertahankan kesopanan disemua keadaan ataupun disemua tempat. Perubahan tersebut mengalami dekadensi karena berbedanya kebudayaan barat dengan kebudayaan kita. Misalnya saja sopan santun dalam tutur kata. Di barat, anak-anak yang sudah dewasa biasanya memanggil orang tuanya dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia sendiri panggilan tersebut sangat tidak sopan karena orang tua umurnya lebih tua dari kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun ibu. Kemudian sopan santun dalam berpakaian, diluar negeri orang yang berpakaian bikini dipantai bagi mereka wajar. Tapi bagi kita berpakaian seperti itu sangat tidak sopan karena dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan. Selanjutnya Sopan santun dalam bergaul, dibarat jika kita bertemu teman yang berlawanan jenis kita boleh mencium bibirnya, tetapi di Indonesia hal tersebut sangat bertentangan dengan kesusilaan. Oleh karena kebudayaan yang masuk tidak tersaring sepenuhnya menyebabkan lunturnya sopan santun.
Sedangkan faktor internalnya ada pada diri sendiri, keluarga, lingkungan tempat nongkrong, lingkungan sekolah, ataupun media massa. Pengetahuan tentang sopan santun yang didapat disekolah mungkin sudah cukup tapi dilingkungan keluarga ataupun tempat tongkrongan dan media massa kurang mendukung tindakan sopan disemua tempat ataupun sebaliknya, sehingga membuat tindakan sopan yang dilakukan oleh anak-anak atau pun remaja hanya dalam kondisi tertentu. Misalnya penyebutan nama bagi yang umurnya lebih tua masih dianggap tidak sopan sehingga mereka memanggil mas, bang, aa, ataupun yang lain. Sedangkan dalam berpakaian ataupun yang lain kurang diperhatikan. Kita sendiri tak memungkiri keadaan tersebut, kondisi lingkungan yang kurang peduli terhadap kesopanan, sehingga akhirnya pada saat-saat tertentu saja kita sopan. Seperti disekolah, ditempat kuliah, ataupun di tempat-tempat formal yang lainnya. Keadaan ini seharusnya jangan sampai terjadi karena lama kelamaan akan menimbulkan hilangnya kebudayaan kita dan mungkin akhirnya kita tidak mempunyai kebudayaan sendiri.


2.      Solusi
·         Kami akan memulai pada diri kita terlebih dahulu untuk membudayakan kesopanan tersebut
·         Keluarga, khususnya orang tua harus lebih membimbing anak-anaknya untuk dapat menjalankan budaya kesopanan tersebut. Oleh sebab itu kami akan melakukan pendekatan terhadap orang tua.
·         Lembaga pendidikan tidak hanya melakukan pendidikan akademik saja tetapi melakukan pendidikan non-akademik seperti pada muatan lokal bahasa jawa tidak hanya belajar bahasa jawa tetapi kebudayaan jawa yang mengarah pada kesopanan.
·         Mempublikasikan kepada semua orang bahwa pentingnya kesopanan tersebut.








3 comments:

  1. di desa kami setelah didirikan pondok, justru malah menambah keresahan masyarakat sekitar pondok, mereka remaja2 khususnya para santri justru tidak memberikan rasa aman, nyaman, tentram terhadap masyarakat tapi malah sebaliknya mereka suka membuat kegaduhan di waktu malam hari dimana masyarakat sudah pada tidur, dan hal ini dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan cerita mereka sendiri, bahkan pada suatu malam kepala desa-nya pun yang berjarak sangat dekat mendatanginya lalu menegurnya untuk tidak mengganggu istirahat malam mereka karena memang mereka hampir tiap malam membuat kegaduhan. yang jadi pertanyaan adalah siapa yang salah, apakah mereka tidak dijejali pendidikan moral, ahlaq, budi pekerti selama ini,, atau karna memang anaknya yang sudah tidak memperhatikan pendidikan ahlaq di tempatnya, trimakasih.

    ReplyDelete
  2. di desa kami setelah didirikan pondok, justru malah menambah keresahan masyarakat sekitar pondok, mereka remaja2 khususnya para santri justru tidak memberikan rasa aman, nyaman, tentram terhadap masyarakat tapi malah sebaliknya mereka suka membuat kegaduhan di waktu malam hari dimana masyarakat sudah pada tidur, dan hal ini dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan cerita mereka sendiri, bahkan pada suatu malam kepala desa-nya pun yang berjarak sangat dekat mendatanginya lalu menegurnya untuk tidak mengganggu istirahat malam mereka karena memang mereka hampir tiap malam membuat kegaduhan. yang jadi pertanyaan adalah siapa yang salah, apakah mereka tidak dijejali pendidikan moral, ahlaq, budi pekerti selama ini,, atau karna memang anaknya yang sudah tidak memperhatikan pendidikan ahlaq di tempatnya, trimakasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mohon maaf ni sebelumnyaa kak,,, jadi saya ingin menyarankan,, bahwasanyaa kalau itu harus di didik dengan cara keras,, karena di zaman sekarang ini otak para remaja mulai tidak mau dimasukin dengan yang positife,,jadi kita harus keras dan tegas,, dan insya allahh terpaksa karena terbiasa.🙏🙏🙏 maaf garing😂😂

      Delete