Monday, 14 October 2013

Hujan itu emang banyak ceritanya

Hujan itu emang banyak ceritanya. Ya, sama seperti hari itu. Di suatu senja di hari rabu.
Kebiasaan buruk itu emang susah untuk dirubah, dan sama seperti di hari itu. Jadwal kuliah sih, udah jelas jam setengah 4. Tapi akunya aja yang molor. Hahah. Ngga baik emang. Tapi, sejak awal aku telah menduga, firasat itu emang 87% bener. Ternyata dosen pengajar ngga hadir untuk ke sekian kalinya. Ya aku ngga tau kenapa dia ngga dateng, tapi biasanya sih, dia lagi ada workshop ataupun tugas keluar kota. Apapun yang terjadi tetap disyukuri, termasuk ngga ada dosen. =D . menurutku sih, ada seneng dan ngga senengnya. Kalo aku lebih memilih ngga seneng. Tidak dapat dipungkiri emang, kalo lagi ngga ada dosen itu bahagianya minta ampun, apalagi dosennya itu terkenal suka menuntut, versi mahasiswa/i gitu. Pasti sebuah kebahagiaan tersendiri, seperti mendapat rejeki yang seketika turun dari langit. Tapi kalo dosennya baik hati, wah, ini bisa celaka. Iyyaseh, dia emang baik kalo lagi ngasi nilai sama mahasiswa. Tapi kalo dia jarang masuk gimana? Pakah materi tersampaikan sepenuhnya? Kan rugi juga tuh kalo ngga ada dosen. Menurutku sih, semua dosen itu sama. Ya,sama-sama staff pengajar, gitu maksudnya. Sama-sama membagikan ilmu yang telah mereka dapat sebelum kita. Kalo aku merasa rugi banget kalo dosen itu ngga ada. Nah, kalo di perkuliahan itu kan beda banget sama jaman sma dulu, yang katanya masa-masa paling indah itu adalah masa sma. Nah, kalo di sma itu kan, jadwalnya tertata rapi. Dalam beberapa hari, kita bisa mendapatkan mata pelajaran yang sama. Kalo dikuliah? Ya, ngerti sendiri kan... kalo misalnya, contoh sederhana nih. Mata kuiah kita ada 8, kkita asumsikan, kita kuliah itu tiap senin-kami, jadi 1 hari ada 2 mata kuliah yang berbeda. Lama kuliah paling ngga sekitar 2 jam. Kadang ada yang Cuma sejam. Terus, satu semester itu paling ngga ada 14-18 kali pertemuan/tatap muka. Bisa diibayangkan sendii kan, kalo misalnya ada dosen yang ngga masuk lebih dari 3 kali pertemuan. Ilmu yang kita dapat jadi berkurang deh. Tapi, selama kita berusaha, insyaallah ilmu itu akan mengalir dengan lancar.
So, kembali cerita di hari rabu itu. Berhubung kuliah diliburkan, jalan-jalan dong (y). Rencananya sih emang jalan-jalan. Menapaki jalanan hitam legam dengan kecepatan 40-60 km/h, membuat aku semakin menikmati suasana di sore itu. Di sore itu tuh, keadaannya sedikit cerah, dengan awan abu-abu dimana-mana, ada sih matahari, tapi Cuma dikiiiit banget menampakkan sinarnya. Tampak dari kejauhan di ufuk barat sana, rona mentari senja sungguh indah tiada tara. Dan, mulailah, beberapa menit berselang. Airpun menetes dari ataas, keci;-kecl, tapi rombongan. Dan hal ini juga yang memaksaku utnuk berhenti di suatu tempat untuk sekedar menghindar dari serbuan air itu. Aku berhenti di sebuah bangunan keccil dengan dominasi cat putih di temboknya. Bangunan itu tepat beraada di dekat perlintasan rel KA. Untung aja si bapak penjaga yang aku sediri lupa namanya, berbaik hati. Dia mengizinkan aku untuk sekedar berteduh disana. Bapak si penjaga jalur perlintasan rel ini, udah lama benget katanya menjadi penjaga palang perlintasan. Suka dukapun pernah ia alami. Dan, tentu saja, banyak cerita yang pernah ia alami sebagai penjaga palang pintu kereta.
Aku kira hujan di sore itu hanya berlangsunng 15 menit, tapi ternyata ngga. Tuhan memiliki rencana lain. Kami berdua duduk di kursi kayu yang sudah agak lapuk dimakan usia, sambil memandangi jatuhnya rintik-rintik hujan, diapun mulai bercerita tentang salah satu kisahnya.
...
Di suatu ketika, entah bulan apa, dia udah mulai lupa. Waktu itu itu juga kebetulan sore hari, sama seperti ketika aku terjebak hujan. Cerah. Tak ada mendung kelabu yang menyelimuti langit di senja itu. Kalo cuaca cerah kaya gitu, pasti orang-orang banyak yang berkumpul disana, entah bercerita atau hanya sekedar melihat kereta lewat seperti apa yang telah menjadi kebiasaanku dikala ngga ada kegiatan. Terus, bapak ini melihat pasangan muda-mudi yang kebetulan juga lagi disana. Nampaknya mereka berdua ini telah dibius oleh cinta. Ngga ada yang bisa membuat mereka berpisah. So sweet banget. Gitu katanya. =D. Ya, mereka berdua saling bercanda. Ya, mereka ini sempat membuat bapak penjaga itu iri akibat ulah mesra mereka. Saat mereka lagi bercandaan. Muncullah seorang cewek. Pertama sih, cewek ini cuek, fine-fine aja. Ya, pasangan muda-mudi itu tampak acuh. Lalu, kemudian, saat si cewek yang baru dteng ini mendekat. cowoknya itu kaget... ya kaget, gitu kata bapaknya.
“gimana acara kita???” si cewek membuka percakaapan
“siapa kamu!?” tanya si cowok dengan nada yang heran banget.
“kkan kamu kemarin yang ngajak janjian?”
“kapan? Aku ngga pernah ngajak ketemuan sama kaamu kok!”
ya, ketiga orang itu terheran. Termasuk pasangan asli si cowok itu.
“dia siapa!?”
“aku nnggga tau, aku ngga kenal!!!” jawab si coowok itu dengan nada sedikit kesal..
“lhoh masa kamu lupa sama aku??? =( kamu tuh tega banget sih...”
si cewek pendatang itu meresponnya dengan naada sedih, sungguh dia tak percaya dengan apa yang ada di depannya.
Ya, ngerti lah, kalo udah muncul orang ke 3 itu kayak aapa rasanya. =D. Hahaha. Pertengkaranpun tak dapat dihindari lagi. Yowis ngunu iku, adu mulut tak dapat dihindarkan. Bapak penjaga itu, niatnya mau ngeelerai, karena ngga enak sama orang-orang yang ada di sekitarnya. Namu, dia terkaget, saat pasangan asli si cowok ini bertanya...
“pak!!! Keretanya kapan lewat???”
“tarlagi, mungkin 3 menit lagi... kenapa?”
“saya mau bunuh diri aja!!! Masak saya diduaain. Bapak ngga ngerti perasaan saya ya!!!”
“ya, ngga ngerrti. Bapak kan hanya penjaga palang pintu kereta, bapak kan ngga ngurusin kalian, bapak ngurusin jadwalnya kereta api.” Sebenernnya, aku tuh pengen ketawa, mendengar reaksi si bapak ini.
“ih bapak!!! Malah jawabnya kaya gitu”
ya, kata bapaknya sih, cewek itu emang rada kemayu gitu, jadi yaa,, yawes gitu lah. Itulah respon yang terjadi.
“terus, saya mau jawab apa???”
“ya, kan bapak harusnya jawab ‘o, iyya, kamu kasian ya,, jangn bunuh diri, umurmu masih panjang’ gitu pak... “
“oohh,, yasudah... o, iyya, kamu kasian ya,, jangn bunuh diri, umurmu masih panjang... =)”
“ihh,, bapak nih ya.. ngesselin, udah tua ngeselin!!!. Tau akh, aku mau bunuh diri pokoknya!!!”
“lhoh ya mbok jangan gitu, bapak ini kan Cuma ngikutin apa yang kamu suruh...”
nah, si cowoknya dia itupun berusaha mencegah dia untuk melakukan tindakan yang nekat, dan cukup bodoh. Bunuh diri. Tindakan gila dan tindakan putus asa.
Nah terus, anggap saja percepatan waktu. Palang pnitu ditutup, sinyal khas-pub berbunyi nyaring. Semua orang yang ada di sekitar mereka pada heran dengn apa yang terjadi...
“pak!!! Mana keretanya?? Kok ngga lewat2!!! Cepetan ah,, telpon masinisnya kalo perlu!!!”
nah, si bapak iini hanya bisa bengong dengan reaksi si cewek. Dia mendatangi cewek itu sambil memberikan nasihat. Tapi, ngga ada respon berarti. Si cowoknya-pun demikian, sudah dirayu super gombal, tapi tetep aja ngga ada respon.
Akhirnya, suara klakson kereta terdengar dari kejauhan.
“ngggooooooonggg.....!!!!”
tanpa pikir panjang, si cewek itu berlari ke tengah rel sambil merentangkan kedua tangannya.
“jangan ada yang mendekat!!!! jangan sampai ada orang yang mendekat, kalo ngga saya lempar batu!!!” teriak si cewek dengan lantangnya. Keretapun semakin mendekat..
si cowok dan bapak penjaga yang berusaha mendekatpun menjadi sasaran pelemparan oleh si cewek ini. dia mengambil sesuatu di bawah. Lalu dia melemparkannnya ke cowok dan bapak penjaga itu.
Untung aja, mereka berdua ngga luka-luka. Ya, jelas lah ngga luka-luka. Lah wong yang dilempar itu sandal. Hahahha. Ya, cerita yang menarik. Semakin mereka mendekat. hanya tersisa satu sandal lagi. Padahal di bwah itu banyak batu-batu lhoh.. terus katanya si bapak itu, kereta semakin mendekat, lokomotif sudah mulai tampak, dan masinispun membunyikan klaksonnya dengan keras dan tanpa henti. Ya, mungkin karena ada orang aneh berdiri di tengah rel. Terus, diapun merem dan berteriak lagi....
“mama, papa, dan kakak!!!! Aku sayang kalian!!!!!! Tapi aku benci cowokkku!!!!!”
Semuanyapun terdiam. Orang-oranng yang ada di sekitarnya, dan juga cowok serta bapak penjaga itu, juga terdiam . . .
Yah, sekali lagi, cinta, deritanya tiada akhir. Ssalah satu pasangan muda-mudi yang ssedang dimabuk cinta, mereka ngga paham caranya untuk saling memahami dan mendengarkan. Si cewek ini terlalu tergesa-gesa untuk mengambil keputusan.
Tangisanpun tak dapt dibendung lagi...
“hhhuuuuuuuuuu........” terdengar suara tangisan yang keras, sampe kayak orang yang sesak nafas.
“lhoh!? Kamu kenapa??”
“akku takut.....”
“katanya mau bunuh diri......”
“iyyaa,, ngga jadi,,,, keretanya itu kok besar banget ya... aku takut, aku masih ngga mau mati....”
Hiiiyyyaaahh...
ternyata....
nah, saat kereta itu mau lewat, kira-kira jarak 500an meter. Si cewek ini ternyata berlari ke arah cowoknya. Dan dipeluklah si cowoknya ini dengan erat...
“iyaudah, jangan nagis, malu diliatin orang....” rayu si cwok...
...
“terus, aku gimana???” si cewek pendatang inipun mendekati mereka...
“mau apa kamu!!! Ngga sadar tah kamu ini udah mau buat aku mati!!! Malu tau, ngga jadi bunuh diri itu!!!”
“oohhh...” si cewek itupun hanya menjawab dengan ‘ohhh’ . sunggu jawaban yang singkat dan menusuk. Lalu, si bapak penjaga iitu, menyuguhkan segelaas air, sebagai syarat penenang. Biar ngga shocck.
Singkat cerita, airpun habis diminum....
“wah, haus ya?? Saya masih ada 1 liter nih...”
“iyya pak,, boleh minta lagi?? Saya masih shock...”
“ohh,, baiklah...” si bapak itupun mangambilkannya... “ini diminum....”
“wah!!! Bapak gila ya!!! Ini air apaan pak!!!”
“oohh itu,, itu air kran, biasanya sih buat nyiram tanaman di depan...”
ya, bapak itu sungguh konyol. Ya, mungkin aja niatnya itu, mau memberikan candaan biar ngga terlalu serius gitu. =D. Tapi caranya itu lhoh, sungguh konyol. Usut punya usut, ternyata si bapak ini dari dulunya emang suka bercanda. Dia dikenal sebagai orang humoris dan dermawan di lingkungan sekitarnya. Banyak orang kagum dengan kedermawanannya si bapak itu. Dia mensyukuri apa aja yang didapatnya tanpa terkecuali.
Lalu, seseorang ibu-ibu dengan wajag tegang memasuki bangunan itu...
“pak!!! anak saya mana????”
“wah, saya ngga tau bu’...”
“dia tdi pake baju warna orange, celana hitam, pake kerudung pashmina wana orange juga...”
“wah, kalo soal kerudaung saya ngga tau,, saya tadi liat.....” bapak itu berfikir... lalu...
“ohh, ada di luar bu..’”
si cwok itu menunjukkan tempat keberadaan si cewek...
“itu bu’ di sebelah sana,,,,”
“o iyya, makasih ya....”
cowok itpun membuntuti si ibu itu tadi, si cewek tetep di dalam, tapi tetep memperhatikan gerak geriknya...
Sejanak, merekapun kembali ke dalam ppos itu.
“syukurlah kamu nggapapa....” kata ibuk itu tadi kepada anaknya...
“lhoh, emang knpa bu’...??” tanya si cowok...
lalu, ibu itpun menjelaskan “gini lhoh, anak saya ini terkena amnesia, sekarang dia lagi proses penyembuhan. Beberapa bulan lalu, dia terpeleset di rumah, dan kepalanya terbentur meja. Ya, inilah salah satu tempat favortinya, dia biasa menghabiskan waktu disini. Bisa seharian, sekedar untuk melepas lelah. Soalnya dari kecil dia udah sering main-main kesini. Dan bapak inilah yang menjadi temannya...”
“ooo, jadi gitu toh... lhoh terus? Kenapa bapak kok ngga cerita??” lanjut si cwok..
“ya, kirain masnya ini emang temennya mbak risma, anaknnya ibu ini...”
“lhoh ada apa toh pak??” tanya si ibunya risma...
lalu, tanpa panjang lebar lagi, bapak itupun langsung menceritakan kejadian yang baru saja terjadi. Tentang apa yang telah menimpanya.
...
“yasudah kalo gitu,, saya pulang dulu....”
mereka berduapun pergi dari pos, tinggal si cowok dan cewek, serta bapak penjaga.
“wah, cantik ya pak...”
“iyya, mas,, dia itu cantik luar dalam...”
“ihhhh!!!! Dasar cowok ngga tau diri!! Udah tau pacarnya mau bunuh diri, tapi ngga jadi, masih ada ngelirik yang lain...!!!”
“tapi kannn....”
“tau akh!! Tau gitu aku tadi ngga lari ke kamu!!!  Aaku gambek, Tanda seru 3 kali !!!”
Ya, begitulah kisah yang diceritakan oleh bapak penjaga. Sedikit banyak aku terhibur oleh cerita tersebut. aku juga menyadari, kalo kita itu ngga perlu tergesa-gesa dalam ngambil keputusan, harus diliat dullu latar belakangnya. Ya, sedikit pelajaran yang aku dapat dari cerita itu.
Dan kemudian...
hujan udah agak reda,dan kira-kira pukul 5 sore, langit berubah cerah saat itu, sepertinya mentari senja itu sedang manampakkan keindahannya.
“assalamu’alaikuummm...”
terdengar suara seseorang mengucap salam....
“waa’alaikumsalam..”
“eh,, mbaknya,, ada apa..? kok tumben....” jawab si bapak...
“ahahhha,, ngga ada pak, kebetulan aja lagi pualng kuliah, sekalian mampir sini deh... ini pak, ada sedikit makanan buat bapak...”
“wah, terimakasih banyak yaa......”
si bapak itupun terlihat sangat senang dibuatnya. Ya, sebagai orang asing, akupun tak mengganggu percakapan mereka berdua. Aku saat itu lagi fokus ngeliat jam, dan siap-siap mau pulang...
“ini nihh,, yang bapak ceritain tadi....” akuupun menoleh ke bapaknya..
“siapa pak??”
“lhoh masa sudah lupa..??”
akupun terpaksa menggunakan energiku untuk kembali mengakses pikiran dalam otakku. Mmm, apa ini cwek yang sama cowok itu ya...?? tapi nngga deh,, katanya bapaknya dia kan manja banget, akh, mungkin aja udah berubah. Tapi, ceweknya si cowok yang tadi itu kan ngga suka-suka amat sama kereta. Dia juga ngga kenal sama si bapak penjaga ini. wah, berarti, ngga salah lagi.....
“kelamaan mikir sampeyan mas... hahhaha”
“saya sedkit bigung pak...”
“udah, masnya ngga usah bingung, kalo bingung pegangan aja.. hahah” jawab orang itu. Kebeetulan orang itu cewek...
dan bapak itupun mulai angkat bicara, ya, mungkin dia kasian karena ngeliat aku kebingungan
“ini dia mas, yang namanya mbak risma....”
“oalah, smpyn toh mbak...”
ya, kamipun berjabat tangan,,,sembari menyebutkan nama..
“saya cahya mbak,salam kenal ya... =)”
“iyya, sama-sama, salam kenal juga, aku risma....”
oooww,, mungkin inilah mengapa, hujan itu berhenti dan senja menampakkan keindahan goresan-goresan khasnya. Ya, siapa seh, yang ngga tersepona nngeliat dia. =D. Saat itu akupun juga terpesona.
“hahha,, aku udah denger cerita dari bapaknya mbak...”
“oh yya!??....”
“iyya mbak, ceritanya menarikk.... =)”
dan ketika itu juga, kami bertiga kembali duduk di kursi tua itu, menikmati indahnya senja ditemani cerita nostalgia dari seorang penjaga palang pintu kereta dan juga cewek itu. =D
hahhaha....
what a beautiful!!!
langitnya, gitu maksudnya, bagus banget deh, cantik. Sayang ngga bawa kamera. =D .pphuh, apalagi mbaknya itu, subhanallah.... =D sore yang indah, meskipun awalnya harusa ada awan kelam dan serbuan hujan...

kebaikan kecil itu berarti besar . . .

Apa yang membuat cinta itu berarti bukan hanya sekedar kasih sayang ataupun ucapan romantis atau mungkin rangkaian bunga bertingkat yang memiliki harum semerbak. Kadangkala cinta itu dapat sangat bernilai dari tindakan yang sangat kecil. Mungkin banyak disepelekan orang.
Suatu ketika terlihat seorang wanita paruh baya menagmbil secercah rejeki di tempat yang mungkin bagi sebagian orang adalah tempat yang menjijikkan dan sumber virus dan kuman. Dia bersyukur karena dia dapat hidup dengan layak meskipun sangat serba berkecukupan. Dia percaya bahwa rizki yang barokah itu akan selalu mangalir untuk keluarga kecilnya yang tinggal di sebuah gubuk sederhana yang dikelilingi pegunungan sampah.
“Ternyata, Masih banyak yang kurang beruntung ddibandingkan denganku” ucap wanita tersebut dalam hatinya.
Ya, dia mengatakan hal tersebut saat dia melewati sebuah rumah mewah yang hanya menjadi impiannya sejak dulu. Dia melihat pasangan suami-istri di depan teras rumah itu. Sering sekali dia melewati rumah bertingkat dengan arsitektur lawas. Dan hampir tiap hari pula, dia mendengar nada kekesalan dari dalam rumah tersebut. entah apa yang mereka ributkan, dia tak tahu. Dia hanya mengais sampah yang ada di sebelah kanan pintu gerbang rumah.
Banyak orang yang melewati rumah itu dan berkata,”alangkah beruntungnya orang yang tinggal dalam rumah ini, pastilah dia sangat bahagia”
Dia hanya terseyum saja saat ada pasangan muda mudi mengatakan hal tersebut didekatnya.
Tanpa ia sadari, salah satu dari pasangan tersebut melihatnya tersenyum, iapun berkata “mengapa engkau tersenyum?”
“karena aku bahagia . . .”
“Bagaimana bisa engkau merasakan bahagia, sedang engkau hanya seorang pemulung sampah . . .”
Tak disangka pemuda itu begitu angkuhnya, namun di tetap saja tersenyum dan kembali berkata, “ketahuilah, kebahagiaan itu tak dapat diukur dengan melihat kebahagiaan orang lain”
“apa maksudmu?”
“kita tak kan pernah merasakan bahagia saat kita melihat kebahagiaan orang lain. Aku bersyukur karena tiap pagi aku masih bisa mencium tangan suamiku. Aku juga bersyukur tiap pagi aku masih bisa melihat senyum anak-anakku. Aku hidup hari ini sebagai bekal di hari esok. Kebahagiaanku adalah rasa syukurku”
Pemuda itu tertegun, tak menyangka seorang pemulung bisa mengatakan hal yang begitu menusuk pikirannya. Lalu wanita paruh baya itu meneruskan perkataannya
“nilai kebahagiaan seseorang tak dapat dicari dimanapun, ia menciptakannya sendiri. Nilai itulah yang merupakan ukuran kebahagiaan seseorang. Syukurilah apa yang ada ssekarang, aku percaya engkau pasti akan mendapat kebahagiaan. Ingatlah, kebahagiaan itu bukanlah seperti buah apel yang jatuh dari pohonnya. Kebahagiaan itu adalah sebuah proses yang harus disyukuri”
Sepasang pemuda itu semakin heran. Bagaimana bisa seorang pemulung bisa mengucapkan kata-kata seperti itu. Tentu saja mereka heran. Mereka berdua kagum terhadapnya. Dia bisa bersyukur atas hidupnya hari ini tanpa sedikitpun berkeluh kesah. Merasa sangat malu, pasangan muda mudi itupun meninggalkannya tanpa sepatah katapun.
Hari demi hari berganti, dia tetap saja melakukan rutinitasnya. Hingga suatu ketika, sesuatu memaksanya untuk masuk ke sebuah toko mainan. Dari luar, dia melihat anak kecil yang sedang tertunduk lesu di hadapan kasir. Saat dia membuka pintu toko, dia mendengar seorang kasir yang berbicara pada anak kecil.
“maaf nak, tetapi uangmu tidak cukup untuk membayar semua barang ini” ucap sang kasir kepada anak kecil yang berdiri di depannya.
“tapi . . . tolonglah aku . . . aku telah menabung untuk dapat membeli semua ini, pasti engkau salah menghitungnya” anak kecl itu berbicara sambil meletakkan beberapa lembar uang di hadapan kasir. Tatapannya sungguh dalam. Dan kedua mata coklatnya mulai berkaca-kaca.
“ada apa, nak?” tanya wanita paruh baya tersebut.
“ini, bu,, mbak kasir berkata padaku bahwa uangku tidak cukup untuk membayar barang-barang ini. Padahal aku telah menabung setiap hari”
Karena dia ingin tahu, lalu dia bertanya kepada anak kecil itu. “untuk apa barang-barang ini, nak?”
“ooohh, mainan dan permen ini untuk adikku tercinta. Aku telah berjanji untuk membelikannya saat ulang tahun ke 3-nya. Karena dia sangat menyukai mainan dan permen ini. Aku ingin menitipkannya kepada ibuku. Ayah bilang, mungkin sebentar lagi ibu akan mengunjungi dan menjaga adik di rumah tuhan. Tapi aku memohon kepada ibu untuk tidak pergi dulu, karena aku ingin menitipkan mainan dan permen ini untuk adikku tercinta. Tapi apa daya, uangku tak cukup untuk membayar semua barang ini” Dengan mata yang semakin berkaca-kaca diapun mulai tertunduk lesu untuk kesekian kalinya. “aku harus membeli semua ini, ibuku tak mungkin bisa membelinya saat ini, dia sedang sibuk” anak kecil itu melanjutkan bicaranya.
Wanita paruh baya itupun terketuk untuk membantunya, “mari kita hitung sekali lagi,nak. Mungkin saja kau tadi salah menghitungnya . . .”
Tanpa sepengetahuan gadis kecil itu. Pemulung baik hati tersebut menambahkan beberapa lembah uang hasil pekerjaannya untuk sekedar membantu gadis itu.
“lihat!!! Ternyata aku benar. Aku bisa membayar semua ini dan sisanya nanti, akan aku beikan bunga yang paling disukai oleh ibuku”
Betapa senangnya gadis kecil tersebut. langsung dia mengusap air mata yang hampir memenuhi kedua bola matanya. Akhirnya mereka keluar dari toko diselimuti dengan rasa bahagia.
“sekarang aku akan pulang dan membungkus semua ini, untuk kujadikan kado yang nantinya akan aku titipkan pada ibuku”
“hati-hati nak, sampaikan salamku pada mereka . . . “
“baiklah . . .”
Ya, namanya juga anak kecil, wanita itu beranggapan bahwa dia masih seumuran 7 atau 8 tahun. Wajahnya masih penuh dengan kepolosan.  Dia bersyukur bisa berbagi dengan orang lain yang sangat membutuhkan. Meskipun harus diterima kenyataannya bahwa upahnya hari ini telah berkurang. Namu, dia tetap bersyukur atas apa yang dia dapat hari ini. Dia percaya bahwa semua pengorbanan yang dilakukan secara tulus itu akan membuahkan hasil yang tak tenilai harganya suatu saat nanti. 

Sunday, 13 October 2013

Menulis

Menulis.
menulis itu kalo kataku sih, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja,sesuka kita dong. Apalagi di zaman serba canggih sekarang ini. Menulis itu ngga hanya di buku, tapi juga di perangkat elektronik yang handal dan mumpuni. Dan karena menulis juga, aku terpesona pada seorang gadis. :D.
Ceritanya sih, sederhana, waktu lagi mencatat materi kuliah, mataku ini menjalar kemana-mana, dan akhirnya retinaku terfokus padanya, saat itu sih, dia sedanga nulis. Aku ngga tau dia nulis apa, tapi yang pasti dia lagi nulis. Jadi, ceritanya sih, aku curi-curi pandang gitu. Modus terselubung. :D
Ya begitulah, aku kira perhatianku hanya terbatas di waktu itu saja. Namun, tuhan memiliki rencana lain. Ternyata, dia mengarahkanku untuk lebih memperhatikan gadis itu. So, akupun berharap dapat berjumpa dengannya di lain kesempatan. Artinya, dapat sekelas di mata kuliah yang lain. Harapan demi harapan satu persatu mulai bermunculan. Sebenernya sih ngga nyangka aja, dari iseng2 nulis catetan terus ngeliat sekeliling kelas, akhirnya pandanganku jatuh padanya. Dan ceritanyapun terus berlanjut.
Waktu demi waktu bergulir dengan lembut dalam intonasi yang sama. Jujur aku masih belum mengenalnya, bahkan akupun tak tahu siapa nama gadis itu. Yang aku tahu adalah saat dia membalas tatapanku dengan tatapan tajamnya.
Ternyata eh ternyata, semakin hari, semakin sering pula intensitas ketemuan kita. Ya tapi itu tadi, aku ngga tau namanya, akupun juga malu yang mau kenalan. Ngga tau kenapa, dari dulu sih, aku emang malu-malu gitu, tapi kalo udah kenal mah, malah malu-maluin. :D .
Haha. Misterius bagiku, tapi aku tetap berusaha untuk mengenalnya.
Percobaan pertama.
hari itu tuh, hari apa ya... o iyya, hari sabtu, kuliah,men. Ya, bnyak dari temen-temenku kalo kuliah hari sabtu itu males dateng, tapi ya, aku juga gitu sih, kadang. :D. Namun, semua hal yang udah kita terima wajib disyukuri. Dan aku mencoba melakukan hal itu. Aku nikmatin aja kuliah di hari sabtu pagi itu. Apa salahnya kuliah di hari sabtu? Ngga ada bro,yang salah sih kita, ngapain juga milih jadwal di hari sabtu? Hahaha rasain, makanya kalo lagi KRS-an milih jadwal yang enak. Udahlah, aku bersyukur, disyukuri aja, have fun with that day.
Dateng ke kampus, kira-kira jam 8 pagi, suasana sepi menyelimuti parkiran, motor yang parkir bisa dihitung dengan kombinasi jari tangan dan kaki.  Masih belum banyak yang dateng, waktu itu. Ya udah, akhirnya, akupun berjalan santai, setapak demi setapak di atas paving itu. Nah, disela-sela duduk diluar ruang kuliah, ternyata dosen pengampu ngga dateng, akhirnya si mbak-mbak asisten dosennya yang ngasih pengumuan kepada temen-temen sekalas, bahwasanya jadwal berubah. Saat itu disepakati, ganti di hari kamis sore. Fixed.
Nah, disela-sela pembicaraan itu, akupun melihatnya. Wuaw. Subhanallah. Tergerak hati untuk sekedar tahu namanya. Udah semangat sih, tapi. Ehh,, dianya malah pulang duluan, waktu itu aku lagi nungguin antrian buat absen. Untuk saat itu, gagal. Gagal = coba lagi. :D

Percobaan kedua.
senin pagi. Cerah, asik deh pokoknya. Waktu itu, aku kebagian jadwal kuliah jam 6. Yaudahlah, nyantai-nyantai aja berangkat ke kampusnya. Sehabis subuhan, biasa lah, sembari mendengarkan lagi via earphone, aku menikmati hangatnya secangkir teh manis. Sampai akhirnya, mau tidak mau, harus berangkat ke kampus. Seperti biasa, tak bnyak yang datang. Perlahan-lahan aku meulai menuju ke ruang kuliah. Dan seperti biasa juga, memilih tempat agak kebelakang. Entah mengapa,untuk kuliah aku senang sekali memilih tempat yang agak ke belakang, beda kalo lagi naik bis. Kalo ngga di depan, ngga asik men. :D . nah, di senin pagi itu, untuk kesekiaan kalinnya, aku menatapnya secara diam-diam. :D. Sekali lagi aku berusaha untuk mengenalnya.
Tapi, lagi dan lagi gagal. Waktu itu, sehabis kuliah, aku masih minta soft copy materi kuliah di dosen pengampu, dia langsung lewat aja bareng ama temen-temenya. Ya, aku sempet menatapnya sih, waktu dia lewat di dekatku. Dann wusss..  ilang, men... yang membekas hanya senyumannya. Awesome, subhanallah . . . . :D
Percobaan ketiga.
entah hari apa, aku sedikit lupa. Kayaknya hari rabu, deh. Waktu itu, aku berjalan bersama salah satu teman terbaikku. Kebetulan punya jadwal kuliah yang sama, namun beda ruang dan mata kuliah. Jadi, ya, beranjak dari parkiran aja yang bareng, selepas itu. Nngga bareng lagi. Aku lihat wajahnya, tampak ceria sekali,
“wah, kok kayaknya kamu seneng banget bro, baru jadian ya???”
“phuh.!? Kok tau bro...?? hahahaha”
“iyya dong,saya kan peramal. Traktiran dong, ongkos jember-nganjuk aja PP”
“wahahahha, ngawur kamu bro...”
ya, sepintas pembicaraanku dengannya. Entah mengapa, tebakanku kali itu benar. Baru jadian.
“kamu sendiri gimana? Udah jadian?” dia membuka pembicaraan.
“alhamdulillah, masih belum bro, tenang aja bro...”
ya, seketika itu juga, aku bilang padanya
“tapi sebenernya ada sih, aku Cuma belum kenal aja sama dia, tuhan masih belum ngasih jalannya”
berjalan perlahan... dan untuk kesekian kalinya dia membuka bicara lagi.
“tunggu bentar ya, aku masih nunggu temen”
“hhallah,,, bilang aja pacarnya....”
“hahhaha iyasihh bro, jangan iri ya...”
“ngga llah, ngapain iri, jodoh udah ada yang ngatur bro.. :D”
sepuluh detik, semenit, dua menit berlalu... yang ditunggu-tunggu ternyata datengnya telat, ya mungkin masih dalam perjalanan, atau mungkin terjebak lampu merah. Jadi, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tiba di kampus.
“nah, akhirnya... dateng juga. . . :D”
temenku ini seneng banget bisa ngeliat pacarnya dari kejauhan. Waktu itu sih, aku ngga memperhatikan dia. Pandangan kita saling bertolak belakang. Lantas, akupun bertanya,
“mana bro, pacarmu?? Hahaha”
seketika itu juga, aku membalikkan badan....
“iki bro, kenalin... namanya novita .... :D”
dengan bangganya dia mengenalkanku pada pacarnya. 1 kata saat itu. Subhanallah. Akupun berjabat tangan dengan novita.
“wah, handal, dijaga ya bro, ojo sampe lepas. Hahahah :D”
“okke boss..”
“eh, yoweslah, aku tak kuliah dulu, sampai jumpa lain kesempatan, bro.”
seketika itu juga, aku melangkahkan kaki meninggalkan mereka berdua.
Seketika itu juga, aku bersyukur. Akhirnya, aku kenal juga sama si cewek yang aku cerita di depan tadi. Gara-gara waktu itu, aku jadi sering memperhatikannya, dan sekarang, ngga ada tanda tanya lagi tentang siapa namanya dia.
Yap, benar sekali. Namanya novita. Pacarnya temenku.
So, ngga akan ada modus-modus lagi buat ngeliatain ataupun memperhatikannya. Dalam dadaku gembira, kadangkala sedih juga. Dia telah berpunya, dan tak kan mungkin menjadi milikku. Waktu itu sih, aku hanya bisa tersenyum. Oh god, begitu banyak skenariomu yang akupun sendiri ngga akan tahu gimana nanti akhirnya.
Aku sih, inget aapa pesen dosen. “jodoh itu ngga akan jauh dari lingkungan kita” . ada benernya juga sih, tuhan memberikan dan emngirimkan seseorang bagi kita untuk dapat mendampingi serta membimbing kita. Hahaha. Sekali lagi cerita yang unik dalam beberapa minggu. Dan, aku ngga penasaran lagi dengan namanya,karena hari itu aku sudah mengenalnya.
Tuhan juga udah mngabulkan permintaanku. Aku pengen tau namaanya dan dia menunkukkan jalannya untukku. So, ini bukan kisah yang berakhir galau. :P .
Yaudah sih, intinya ya, pasrah aja, tuhan itu maha baik kok. Iyyuus deh. Aku percaya, dia pasti akan mengirimkan salah seorang makhluk wanita terbaikknya untukku. So, doa’ku sederhana. Ya tuhan, jika jodohku jauh, mohon dekatkanlah, jika dia masih ‘buta’ akan diriku, mohon bukakanlah pintu hatinya,jika kita renggang, rekatkanlah, jika cinta diantara kita lemah, mohon kuatkanlah, dan jika dia yang terbaik untukku, mohon engkau jagakan cinta kasih diantara kami berdua. Aamiiin. :D